Dalam pelayanan Kristiani kita sering diingatkan untuk memelihara beberapa bentuk disiplin rohani. Momen untuk berdoa atau merenungkan Firman Tuhan setiap hari, misalnya, adalah dua contoh yang penting ditekankan. Demikian pula bentuk lain seperti mengikuti persekutuan, berpuasa, memberi persembahan atau melakukan kegiatan pelayanan.
Apa dampak dari semua bentuk disiplin ini? Kebanyakan orang yang melakukannya akan segera mengaitkan hal tersebut dengan pertumbuhan iman. Hal-hal tadi dinilai penting agar orang semakin mengasihi Tuhan dan sesama.
Tapi, siapa sangka kalau pola rutin seperti itu juga bisa berdampak pada kesehatan fisik dan mental? Tentu saja, ini bukan satu-satunya cara untuk hidup sehat. Lagi pula, tidak sedikit orang yang menjalankan disiplin rohani seperti itu kurang bijak dalam menjaga kesehatan.
Namun, kita bisa melihat beberapa hal baik dari pola disiplin yang rutin itu. Kebiasaan doa pagi dan malam hari misalnya secara tidak langsung akan mendorong kita punya waktu istirahat yang lebih teratur. Juga bisa memberi mood yang baik dalam kita fokus merencanakan dan mengevaluasi tiap kesibukan keseharian.
Di zaman sekarang mungkin ada baiknya jika dalam perenungan harian, kita membaca Alkitab dalam bentuk buku. Setidaknya, saat kita memulai dan mengakhiri hari, kita punya kesempatan untuk sejenak lepas dari gadget.
Bentuk disiplin lain, seperti puasa atau interaksi dalam persekutuan, juga punya beberapa dampak secara fisik maupun mental. Contoh lain seperti kebiasaan menyanyikan lagu rohani, baik bagi sedikit banyak aspek psikis dan tubuh kita.
Ini bukanlah hal aneh. Dalam sejumlah surat rasuli, sering sekali analogi untuk membangun spiritualitas dikaitkan dengan tubuh fisik kita. Rasul Paulus misalnya menunjukkan paralelisasi bagaimana ia melatih penguasaan diri dengan disiplin atlit atletik dan petinju (Lihat 1 Korintus 9: 25-27)
Maka meski bukan jadi tujuan utama, kesehatan fisik juga haruslah terdampak dan menjadi bagian dari kebiasaan kita membangun disiplin rohani.