December6 , 2023

    Fenomena Gereja Jalan-jalan

    Related

    SIVITAS AKADEMIKA UNTUK PERDAMAIAN DUNIA

    Mikha 4: 6 - 13 “Dan engkau, hai Menara Kawanan...

    CAHAYA DI TENGAH KEGELAPAN: MERENUNG MASA DEPAN

    Mikha 4: 1 – 5 “Tetapi mereka masing-masing akan duduk...

    KESIAGAAN DALAM KEGELAPAN

    Markus 13: 24 – 37 “Apa yang Kukatakan kepada kamu,...

    HIDUP DALAM KEADILAN, INTEGRITAS, DAN KASIH ALLAH

    Mikha 2: 1 – 13 “Raja mereka akan berjalan terus...

    KEBANGKITAN, HARAPAN, DAN PERDAMAIAN

    Zakharia 14: 1 – 9 “Maka TUHAN akan menjadi Raja...

    Share

    Ikut ibadah di beberapa denominasi gereja, sudah banyak dilakukan. Apalagi oleh para pelajar dan mahasiswa di perkotaan, dimana pilihan untuk beribadah minggu lumayan banyak. Pun mereka biasanya terdaftar di gereja yang sulit diakses atau tidak banyak diikuti rekan sebanyanya.

    Saat kebaktian gereja di masa sekarang beralih online – fenomena untuk ‘jalan-jalan’ itu tentu lebih sering dilakukan. Betapa tidak, hanya dari kamar tidur di pagi hari Minggu, kita bisa memilih mau nonton channel youtube gereja mana. Langsung ganti kalau bosan juga bisa. Plus, kebanyakan konten itu tetap bisa disaksikan di jam dan hari lainnya.

    Sisi positif dari hal ini adalah terkait keterbukaan. Sekat antar denominasi sudah sedemikian cair sehingga bukanlah hal aneh kalau kita menemukan seorang pemuda Kristiani yang suka sekali lagu-lagu praise-worship kontemporer tapi senang mendengarkan khotbah pengajaran yang Reformed-Injili, tapi juga suka nuansa meditatif Katolik, misalnya. Varian selera ini pun bisa sangat beragam.

    Ini juga berarti mereka yang suka jalan-jalan bisa jadi menikmati ragam pengalaman dan bisa mengalami serta menyimpulkan sendiri apa sesungguhnya yang menjadi intisari dari ibadah dan ajaran Kristen. Kalau mereka kemudian menjadi para pengerja gereja atau lembaga Kristiani mereka tentu tidak akan berpikir sempit dan hanya menilai denominasinya yang paling bagus.

    Namun, ini juga memunculkan kekhawatiran. Bukan tanpa alasan jika satu denominasi gereja menekankan hal dan ciri tertentu dalam ibadah maupun ajarannya. Pasti ada alasan teologis dan konseptual di baliknya. Tentunya, bukan untuk sekedar ditambal-sulam mana suka tanpa pemahaman.

    Hal yang ditakutkan dari fenomena gereja ‘jalan-jalan’ adalah akhirnya yang menjadi tuan adalah ‘selera’ si pejalan. Jadi menikmati banyak variasi bukan soal kedalaman atau penghayatan, tapi mana yang dirasa enak saja.

    Kalau sudah begini apa nanti gereja akan berlomba menghadirkan ‘jajanan’ yang paling enak buat si ‘pejalan?’ Bisa jadi. Tapi bukankah bisa juga yang enak itu juga bisa dibuat mendalam?

     

    spot_img