1 Yohanes 3:10-16
“Setiap orang yang membenci saudaranya adalah seorang pembunuh manusia, dan kamu tahu bahwa tidak ada pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya”
(1 Yohanes 3:15)
Kisah pembunuhan pertama kepada saudara dilakukan oleh Kain (1Yoh. 3:12). Kain iri-hati sehingga membenci Habil, adiknya. Perasaan iri-hati mengalahkan hati-nurani Kain sebagai seorang kakak yang seharusnya menjaga dan melindungi adiknya. Kedudukan Kain, anak sulung sebagai pewaris utama, berubah menjadi seorang pelarian. Status Kain sebagai “anak-anak Allah” juga berubah menjadi “anak-anak Iblis” (1Yoh. 3:10). Perubahan kedudukan tersebut ditentukan oleh perubahan watak seseorang yang menjadi jahat.
Melalui kejadian sehari-hari bersama sesama kita berproses. Saat hati kita terbuka pada iri-hati, sesungguhnya kebencian mulai tumbuh. Pada akhirnya kebencian menghasilkan buah penolakan dan permusuhan. Kakak dan adik yang semula hidup rukun dapat berubah menjadi 2 sosok yang saling membenci dan sulit didamaikan. Hubungan darah tidak menghalangi seseorang untuk menumpahkan darah bagi saudaranya. Sebab di dalam proses pembentukannya mereka mengabaikan anugerah kasih. Mereka memilih untuk membenci daripada mengampuni. Firman Tuhan menegaskan bahwa setiap pembenci saudara adalah seorang pembunuh. Padahal tidak ada seorang pembunuh yang dapat memperoleh hidup kekal di dalam dirinya.
Iri-hati dan kebencian sering terjadi dalam relasi yang dekat. Kita tidak mungkin membenci dan iri kepada orang yang jauh. Itu sebabnya setiap keluarga, komunitas kerja, dan relasi pergaulan lebih rentan dengan kekerasan. Tetapi semakin kita menghidupi kasih dan pengampunan dari Allah, setiap komunitas sehari-hari menjadi media pertumbuhan rohani yang membangun. (YBM)
Refleksi: Sikap membenci sesama hanyalah langkah awal menggali kubur bagi diri sendiri. Sebaliknya cinta-kasih dan pengampunan membuka pintu rahmat yang menyelamatkan.